Langsung ke konten utama

Ilmu nahwu


Ilmu nahwu

Ilmu an-Nahwu (Arab: ﻋﻠﻢ اﻟﻦحو‎; bahasa Indonesia: nahu, sintaksis; bahasa Inggris: syntax) merupakan salah satu bagian dasar dari ilmu tata bahasa bahasa Arab untuk mengetahui jabatan kata dalam kalimat dan bentuk huruf/harakat terakhir dari suatu kata.

Asal Usul Ilmu Nahu


Asal-Usul Ilmu Nahu



      Setelah Islam tersebar ke merata dunia dan meluasnya kekuasaan kerajaan Islam, ramai pemeluknya dari kalangan orang yang bukan arab, sehingga penggunaan bahasa arabpun semakin meluas di kalangan masyarakat, yang merupakan punca kesalahan dalam bahasa. Hal demikian memaksa para ulamak zaman itu mencipta kaedah-kaedah bahasa untuk membendung kesalahan yang sangat menonjol, lebih-lebih lagi dalam hal-hal yang berkaitan dengan Al-Quran dan ilmu-ilmu Islam yang lain. Telah dicatatkan bahawa di antara pakar-pakar Nahu pada masa itu adalah Abdullah bin Ishaq (wafat 730 M), Abu Al-Aswad Al-Du’ali (wafat 688 M), Al-Farahidi (wafat 791 M) dan Sibawaihi (wafat796 M) Tidak ada kata yang pasti tentang sebab musabab yang membawa kepada pemikiran untuk mencipta ilmu Nahu ini. Namun demikian ada kisah yang masyhur didengar bahawa Abu Al-Aswad Al-Du’ali lalu di hadapan seorang lelaki yang sedang membaca Al-quran, surah At-Taubah : 3 ((إن الله بريء من المشركين ورسوله)) dengan membarisbawah huruf “ra” pada kalimat (رسوله) iaitu Rasulihi, sebagai Ma'athuf /digabung kepada kalimat (المشركين) yang sepatutnya dibaca dengan dhammah (Rasuluhu) sebagai mubtada’ / subjek daripada ayat yang tidak disebutkan iaitu (ورسوله كذلك بريءٌ) yang bermakna “Sesungguhnya Allah berlepas diri (tidak bertanggung jawab) terhadap orang musyrikin, dan Rasul-Nya )juga tidak bertanggung jawab(, tetapi jika dibaca (wa Rasulihi) maka maknanya ialah “Sesungguhnya Allah berlepas diri (tidak bertanggung jawab) terhadap orang musyrikin dan Rasul-Nya” . Abu Al-Aswad Al-Du’ali terus bergegas menghadap Sayyidina ‘Ali r.a seraya mangatakan bahawa bahasa Arab dalam keadaan bahaya, Sayyidina ‘Ali pun mengambil sekeping kertas dan menulis di atasnya “Bismillah Al-Rahman Al-Rahim, ayat lengkap itu terdiri dari isim, fi’il dan huruf. Isim ialah yang bermaksud kata nama, fi’il bermaksud pergerakan yang punya nama, sedangkan huruf ialah tidak memberi makna isim dan tidak pula makna fi’il", kemudian Sayyidina 'Ali berkata kepada Abu Al-Aswad Al-Du’ali: "(انح هذا النحو ) yakni: “Tuju/buatlah seperti ini” maka bermulalah di sini Ilmu Nahu.

Menurut Bahasa Arab

Pengertian Ilmu nahwu adalah:
  1. Ilmu yang mempelajari tentang jabatan kata dalam kalimat dan harakat akhirnya, baik berubah (i'rab) atau tetap (bina).[1]
  2. kaidah-kaidah yang dengannya diketahui hukum-hukum akhir-akhir kata bahasa arab dalam keadaan tersusun.
  3. Ilmu yang menunjukan kepada kita bagaimana cara untuk menggabungkan kata benda (ismun), kata kerja (fi'lun), atau partikel (huruf/harfun) untuk membentuk kalimat yang bermanfaat (jumlah mufidah) juga untuk mengetahui keadaan (i'rab) huruf akhir dari sebuah kata
  4. Menurut KBBI

  5. Ilmu nahu ilmu tt susunan dan bentuk kalimat; sintaksis;
  6. nahu /na·hu/ n Ling 1 tata bahasa (menyangkut tata kalimat dan tata bentuk); gramatika; 2 sintaksis;
-- bentuk nahu yg mengkaji bentuk kata dan kata jadiannya; ilmu tt tata bentuk kata; morfologi; -- saraf gramatika

Subjek

Subjek pembahasan dari ilmu nahwu adalah huruf (harf), kata (kalimah) dan kalimat (jumlah).

Tujuan

Tujuan pelajaran Ilmu nahwu adalah sebagai penjagaan lisan dari kesalahan dalam pengucapan lafal bahasa arab dan untuk memahami alquran serta hadits Nabi S.A.W dengan pemahaman yang benar, yang mana Al-Qur'an dan As-Sunnah inilah asal syariat Islam dan di atas kedua hal tersebut pembahasan seputar syariat islam terjadi.
  1.  

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Hukum Mencuri Dalam Islam :

Hukum Mencuri Dalam Islam : Maksud mencuri dari segi syarak: Mengambil harta milik orang lain secara sembunyi-sembunyi dari harta yang dijaga dengan syarat-syarat tertentu. Dari definisi mencuri di atas,mencuri adalah mengambil harta secara sembunyi-sembunyi.Oleh itu tidak dikatakan mencuri jika seseorang itu merompak,menggelap wang syarikat (pecah amanah),merampas dan meragut. Dalil Wajib Potong Tangan Pencuri Firman Allah: وَالسَّارِقُ وَالسَّارِقَةُ فَاقْطَعُوا أَيْدِيَهُمَا جَزَاءً بِمَا كَسَبَا نَكَالًا مِّنَ اللَّهِ ۗ وَاللَّهُ عَزِيزٌ حَكِيمٌ فَمَن تَابَ مِن بَعْدِ ظُلْمِهِ وَأَصْلَحَ فَإِنَّ اللَّهَ يَتُوبُ عَلَيْهِ ۗ إِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ رَّحِيمٌ Lelaki yang mencuri dan wanita yang mencuri,potonglah tangan keduanya (sebagai) pembalasan bagi apa yang mereka kerjakan dan sebagai siksaan dari Allah.Dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.Maka barangsiapa bertaubat (di antara pencuri-pencuri itu) sesudah melakukan kejahatan itu dan memperbaiki diri,maka sesu

Pinjam Meminjam dalam Islam

Pinjam Meminjam dalam Islam Pengertian Pinjam Meminjam Pinjam meminjam dalam istilah fikih disebut ‘ariyah. ‘Ariyah berasal dari bahasa Arab yang artinya pinjaman. ‘Ariyah adalah pemberian manfaat suatu benda halal dari seseorang kepada orang lain tanpa mengharap imbalan dengan tidak mengurangi atau merusak barang dan dikembalikan secara utuh, tepat pada waktunya. Semua benda yang dapat diambil manfaatnya dapat dipinjam atau dipinjamkan. Peminjam harus menjaga barang tersebut agar tidak rusak, atau hilang. Peminjam hanya boleh mengambil manfaat dari barang yang dipinjam. Sebagai bentuk tolong menolong, pinjam meminjam merupakan bentuk pertolongan kepada orang yang sangat membutuhkan suatu barang. Pinjam meminjam dalam kehidupan sehari-hari dapat menjalin tali silaturrahim, menumbuhkan rasa saling membutuhkan, saling menghormati, dan saling mengasihi. Oleh karena itu dalam masyarakat Islam, pinjam meminjam harus dilandasi dengan semangat dan nilai-nilai ajaran Islam. Allah SWT memberi